“ANAK JADUL VS ANAK GAUL”
Kadangkala terbersit dalam pikiran kita kok anak sekarang tambah berani ya?? Perasaan waktu kita seumuran mereka, kita selalu patuh terhadap orang tua, medengar orang tua kita bersuara tinggi saja sudah membuat hati kita ciut. Tapi, apa yang terjadi saat ini sungguh berbeda, saat anak dinasehati oleh orang tuanya tidak ada rasa khawatir atau merasa bersalah. Bahkan sering kita temuai anak yang berani membantah kedua orang tuanya dengan nada tinggi dan kalimat yang tidak sopan. Itu semua sedikit gambaran prilaku anak zaman sekarang (yang katanya orang zaman modern, era globalisasi) selama di rumah, lantas bagaimana perilaku mereka di luar rumah??
Tempat ke dua yang banyak dihabiskan anak adalah di sekolah. Bagaimana perilaku mereka saat ini di sekolah dengan guru atau dengan teman-temannya? Pemandangan yang indah yang terjalin antara guru dan murid waktu kita sekolah dulu masih kita ingat dengan jelas. Apabila kita berjumpa dengan guru kita saling menyapa walau dengan senyuman dan sedikit anggukan kepala sudah membuat hati kita nyaman. Murid begitu hormatnya (menghargai) pada guru. Lain dulu lain pula sekarang. Saat ini hubungan antara guru dan murid sudah sangat akrab. Kadangkala bahkan ada murid yang belum bisa memisahkan kapan seseorang itu diposisikan sebagai guru yang pantas di hargai dan di hormati, dan kapan seseorang itu dianggap sebagai seorang teman. Kedekatan antara guru dan murid saat ini kadangkala disalah artikan oleh beberapa murid. Mereka menjadi lebih berani, kurang menghargai, kurang menghormati nasehat dari gurunya. Bahkan ada murid yang berani melawan guru ketika di nasehati dengan suara keras, bahkan dengan menunjukkan kejantanannya dengan menantang gurunya atau dengan memukul benda-benda disekelilingnya. Lantas apa yang sebenarnya terjadi saat ini? Salah siapakah ini semua? Salah guru dalam mendidik ataukah kesalahan orang tua dalam mengasuh?
Ada sebuah perumpamaan dari sahabat Ali R.A “Didiklah anak-anakmu, karena sesungguhnya mereka akan hidup di zaman yang bukan zamanmu.” Hal ini membuktikan bahwa pengalaman yang kita dapat dari orang tua kita dalam emndidik kita dari lahir sampai dewasa tidaklah cukup sebagai bekal kita untuk mendidik anak-anak kita. Kita dituntut untuk banyak belajar justru dari anak-anak kita. Langkah yang dapat kita lakukan untuk mengatasi gejolak anak kita antara lain:
1. Menjadi sahabat anak
Salah satu yang hal yang paling mudah yang dapat kita lakukan sebagai seorang sahabat adalah menjadi pendengar yang baik ketika anak kita bercerita, mengeluh atau bahkan bertanya. Jalin dengan komunikasi yang baik dan ngunakan bahasa yang asertif insyaalloh anak mau menerima kehadiran kita
2. Menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah
Kita tidak bisa mengingkari bahwa waktu terbanyak anak kita dihabiskan di sekolah. Sudah menjadi sebuah keharusan orang tua untuk senatiasa meminta dan memberi informasi terhadap sekolah tentang kondisi anak sehingga pengarahan yang dilakukan di sekolah dan di rumah dapat berjalan selaras dan seimbang.
3. Tidak mulu untuk senatiasa belajar menjadi orang tua
Banyak cara yang dapat dilakukan kita dalam menimba ilmu cara mendidik anak. Bahkan sekarang bayak situs tentang sekolah orang tua. Hal ini membuktikan menjadi orang tua adalah sebuah tanggung jawab yang besar dan tidak dapat dilakuakn dengan asal-asalan.
Semoga kita dapat sama-sama belajar untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi untuk anak-anak kita.
UMI PALUPI
SMP AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH PURWOKERTO
Kadangkala terbersit dalam pikiran kita kok anak sekarang tambah berani ya?? Perasaan waktu kita seumuran mereka, kita selalu patuh terhadap orang tua, medengar orang tua kita bersuara tinggi saja sudah membuat hati kita ciut. Tapi, apa yang terjadi saat ini sungguh berbeda, saat anak dinasehati oleh orang tuanya tidak ada rasa khawatir atau merasa bersalah. Bahkan sering kita temuai anak yang berani membantah kedua orang tuanya dengan nada tinggi dan kalimat yang tidak sopan. Itu semua sedikit gambaran prilaku anak zaman sekarang (yang katanya orang zaman modern, era globalisasi) selama di rumah, lantas bagaimana perilaku mereka di luar rumah??
Tempat ke dua yang banyak dihabiskan anak adalah di sekolah. Bagaimana perilaku mereka saat ini di sekolah dengan guru atau dengan teman-temannya? Pemandangan yang indah yang terjalin antara guru dan murid waktu kita sekolah dulu masih kita ingat dengan jelas. Apabila kita berjumpa dengan guru kita saling menyapa walau dengan senyuman dan sedikit anggukan kepala sudah membuat hati kita nyaman. Murid begitu hormatnya (menghargai) pada guru. Lain dulu lain pula sekarang. Saat ini hubungan antara guru dan murid sudah sangat akrab. Kadangkala bahkan ada murid yang belum bisa memisahkan kapan seseorang itu diposisikan sebagai guru yang pantas di hargai dan di hormati, dan kapan seseorang itu dianggap sebagai seorang teman. Kedekatan antara guru dan murid saat ini kadangkala disalah artikan oleh beberapa murid. Mereka menjadi lebih berani, kurang menghargai, kurang menghormati nasehat dari gurunya. Bahkan ada murid yang berani melawan guru ketika di nasehati dengan suara keras, bahkan dengan menunjukkan kejantanannya dengan menantang gurunya atau dengan memukul benda-benda disekelilingnya. Lantas apa yang sebenarnya terjadi saat ini? Salah siapakah ini semua? Salah guru dalam mendidik ataukah kesalahan orang tua dalam mengasuh?
Ada sebuah perumpamaan dari sahabat Ali R.A “Didiklah anak-anakmu, karena sesungguhnya mereka akan hidup di zaman yang bukan zamanmu.” Hal ini membuktikan bahwa pengalaman yang kita dapat dari orang tua kita dalam emndidik kita dari lahir sampai dewasa tidaklah cukup sebagai bekal kita untuk mendidik anak-anak kita. Kita dituntut untuk banyak belajar justru dari anak-anak kita. Langkah yang dapat kita lakukan untuk mengatasi gejolak anak kita antara lain:
1. Menjadi sahabat anak
Salah satu yang hal yang paling mudah yang dapat kita lakukan sebagai seorang sahabat adalah menjadi pendengar yang baik ketika anak kita bercerita, mengeluh atau bahkan bertanya. Jalin dengan komunikasi yang baik dan ngunakan bahasa yang asertif insyaalloh anak mau menerima kehadiran kita
2. Menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah
Kita tidak bisa mengingkari bahwa waktu terbanyak anak kita dihabiskan di sekolah. Sudah menjadi sebuah keharusan orang tua untuk senatiasa meminta dan memberi informasi terhadap sekolah tentang kondisi anak sehingga pengarahan yang dilakukan di sekolah dan di rumah dapat berjalan selaras dan seimbang.
3. Tidak mulu untuk senatiasa belajar menjadi orang tua
Banyak cara yang dapat dilakukan kita dalam menimba ilmu cara mendidik anak. Bahkan sekarang bayak situs tentang sekolah orang tua. Hal ini membuktikan menjadi orang tua adalah sebuah tanggung jawab yang besar dan tidak dapat dilakuakn dengan asal-asalan.
Semoga kita dapat sama-sama belajar untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi untuk anak-anak kita.
UMI PALUPI
SMP AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH PURWOKERTO